Thursday, April 24, 2014

Say NO to Kelas Akselerasi ...

Kelas akselerasi adalah kelas khusus yang diperuntukkan bagi para siswa berkemampuan istimewa dengan sistem percepatan masa studi. Sekolah Dasar (SD) pada umumnya ditempuh selama enam tahun, dengan akselerasi dapat "diirit" menjadi hanya lima tahun.. Demikian juga SMP dan SMA, masing-masing "diirit" 1 tahun menjadi dua tahun saja. Sehingga, kelas akselerasi dapat "mengirit" waktu tiga tahun sejak dari SD sampai SMA.


Kenapa saya menulis ini ? Karena tahun ini anak saya akan masuk ke SMP, dan si Cikal ingin masuk kelas akselerasi di SMP. Karena hal itu maka saya lagi berfikir dan menganalisis untung ruginya si Cikal masuk kelas akselerasi.

Memang sih, selain mengirit waktu, kelas akselerasi juga "nampaknya" diharapkan dapat menjadi tempat untuk siswa yang kemampuannya jauh melebihi rata-rata, sehingga siswa tidak jenuh karena berprestasi di bawah potensi yang dimilikinya. Oleh karenanya, kelas akselerasi cocok untuk siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Akan tetapi, apakah hasil tes penempatan yang dilakukan itu hasilnya valid ? Dalam arti tidak dipaksakan ?

Selain itu,  kelas akselerasi selama ini hanya menampung para siswa yang pandai dalam beberapa mata pelajaran, sementara mata pelajaran yang lain saling berkaitan. Terkadang malah hanya mata pelajaran yang selama ini dianggap mewakili kecerdasan siswa seperti mata pelajaran berbasis eksak, sehingga terjadi diskriminasi terhadap mata pelajaran non-eksak.

Permasalahan yang lain adalah siswa akan sangat sibuk berkutat dengan tugas dan textbook sehingga lupa bermain yang merupakan realitas sosial. Terkadang, siswa-siswa akselerasi membentuk “gank eksklusif”, yang membuat gap antara kelas akselerasi dengan kelas reguler. Ketika orangtua libur, anak malah gak libur karena sibuk mengejar target, ah alangkah gak enaknya gak bisa liburan hahaha ....

Yang paling sulit adalah kondisi mental dan psikologi siswa. Banyak siswa akselerasi selama ini menjadi “korban” demi pemenuhan gengsi orangtua dan sekolah. Orang tua memaksakan anak-anak mereka masuk di kelas akselerasi agar status sosial mereka dapat terangkat. Padahal, di belakang itu semua anak mereka sedang jatuh bangun, ngos-ngosan agar tetap bisa mengejar target akselerasi. Dan sekolah pun ikut bertaruh gengsi lewat program akselerasi ini, yakni demi status sebagai “Sekolah Unggulan”. Dari sini saja sangat kentara potensi terjadinya nepotisme antara orangtua siswa dengan sekolah.

Khusus untuk kualifikasi guru, nampaknya masih sedikit guru di kelas akselerasi yang belum pernah mendapatkan pelatihan khusus dalam mengajar kelas akselerasi. Akibatnya, cara mengajar guru tersebut tidak ada bedanya dengan mengajar kelas reguler, sehingga siswa dibebani tugas yang begitu banyak demi “kejar setoran”. Jika ini yang terjadi, kelas akselerasi sesungguhnya cuma kumpulan “siswa-siswa reguler” yang memiliki beban tugas lebih banyak dari siswa-siswa reguler pada umumnya. Apakah gurunya juga dites untuk dapat mengajar di kelas akeselerasi ?

Ketika si Cikal  mendaftar seleksi kelas akselerasi di salah satu SMP di Kota Tasikmalaya, ternyata ada surat pernyataan orang tua yang bersedia mengikuti program akeselerasi. Sebenarnya saya tadinya gak mau tanda tangan surat pernyataan itu, karena saya tidak tahu apa itu program akselerasi dan surat pernyataan itu sangat luas konsekuensinya, misalnya ketika saya harus bayar mahal, harus menyediakan peralatan dan sebagainya. Dengan menadatangani itu artinya saya setuju apapun permintaan sekolah terhadap kebutuhan anak saya  nanti....


Terakhir, ketika anak saya berhasil melewati kelas akselerasi, dan katakan masuk perguruan tinggi pilihannya dengan umur yang selisih hampir 4 tahun dengan teman seangkatannya, maka apakah anak saya siap bergaul dengan mereka ? .... Kalau pacaran juga mungkin harus sama anak SMP barangkali hahaha ....

Jadi dengan alasan-alasan itu tadi, saya sebenernya gak setuju ada kelas akselerasi, sebaiknya dihapuskan saja kelas itu hahaha .....



1 comment:

Unknown said...

terimakasih infonya sangat membantu, kunjungi http://bit.ly/2CYwmbi